Senin, 12 Desember 2011

Negri Kabut



Judul: Negeri Kabut
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Cetakan: kedua, Juli 1999
Penerbit: Grasindo
Tebal: 122
Mengutip dari sinopsis, “Buku Negeri Kabut ini berisi tiga belas cerpen tentang perjuangan manusia dalam mencapai keinginannya. Terkadang, untuk mencapai semua itu, tanpa disadari sang tokoh harus bertindak di luar kemampuannya. Ada pula keinginan yang di luar kendalinya: sang tokoh terjebak dalam suatu konflik yang tak mungkin dapat dihindari lagi. …. Segala sesuatu terjadi begitu saja. Tanpa siasat, tanpa rencana.”
Cerita pertama yang sekaligus menjadi judul buku ini adalah Negeri Kabut. Negeri kabut berkisah tentang seorang laki-laki yang selama hidupnya terus berpetualang. Dalam Perjalanannya menuju Negeri Kabut, ia banyak bertemu dengan pengembara lainnya. Para pengembara itu menyampaikan berita-berita dari tempat mereka yang
jauh; peperangan, wabah penyakit, pembunuhan, dan kisah sedih lainnya. Para pengembara selalu mengatakan kepada lelaki itu bahwa setiap orang harus peduli dengan keadaan dunia yang dihidupinya. Mereka bilang, orang yang mencari ilmu harus kembali pulang untuk menyelamatkan bangsanya. Lelaki itu terdiam. Ia merenung, bertanya-tanya apakah pengembaraannya selama ini untuk mencari ilmu? Lelaki itu ragu. Mungkin yang sebenarnya ia hanya melarikan diri dari segala persoalan, dari kenyataan, karena ia sebenarnya tak cukup tabah untuk menghadapi penderitaan.
Kedua belas cerpen lainnya sama menariknya dengan Negeri Kabut. Namun seperti yang banyak dikatakan orang, tulisan Seno di buku Negeri Kabut ini adalah sebuah karya sastra surealis. Setiap pembaca mempunyai interpretasi yang berbeda atas karya sastra yang dibacanya. Maka, pesan dan makna yang ingin disampaikan dalam setiap cerita di buku ini akan lebih mengena jika Anda membacanya langsung.
Saya sendiri paling suka kisah Negeri kabut. Menggambarkan bahwa sesuatu yang sempurna, nyaris tak memberikan tantangan di dalamnya. Kesempurnaan tidaklah selalu memberikan rasa nyaman, seperti yang kita kira. Kita, manusia membutuhkan ketegangan, kesulitan, serta tantangan dalam hidup untuk memahami arti perjuangan dan kehidupan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar